Oleh: Andri Rizki Fahrizal *)
Takdirlah yang membawa kisah hidupku nyemplung ke dunia perpustakaan. Hal ini dimulai saat aku gagal menembus SMPTN saat itu. Mengingat keinginanku melanjutkan studi di bangku kuliah dan juga harus mempertimbangkan kondisi ekonomi keluargaku, maka aku harus kuliah di PTN agar bisa meringankan beban ayahku. Akhirnya pilihanku jatuh di prodi D3 Pengelolaan informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi, Unpad.
Rasa minder muncul di awal-awal semester kuliah. Rasa minder tersebut muncul tatkala ada yang menanyakan aku kuliah dimana dan jurusan apa?. Semua orang tentu tahu Perpustakaan. Hal ini karena mindset masyarakat tentang perpustakaan . mereka masih menganggap untuk apa kuliah perpustakaan kalau setelah lulus hanya jadi penjaga perpustakaan yang hanya tukang stempel buku. Namun dalam hati aku meyakinkan diri sendiri, bahwa mengambil jurusan yang kurang tenar,bukan berarti tidak mempunyai masa depan yang lebih baik, asalkan ditekuni dengan sabar dan selalu dibawa hepi.
Setelah lulus kuliah, aku tidaklah langsung kerja sesuai dengan ilmu yang didapat dibnagku kuliah. Namun aku diterima kerja di salah satu pabrik dikawasan industri Cikarang,Jawa Barat. Sampai akhirnya di tahun 2011 aku memutuskan berhenti kerja dengan alasan harus merawat ibu dan adik-adikku pasca kematian almarhum ayahku. Kebetulan beberapa minggu kemudian aku mendapat informasi ada lowongan kerja untuk mengisi posisi sebagai tenaga perpustakaan sekolah.
Masih ingat dalam ingatanku, tepat di bulan September aku mulai bekerja sebagai tenaga perpustakaan sekolah di Salah satu SMA negeri yang jaraknya hanya 1 jam dari rumahku. Pekerjaan ini aku lakoni dengan tekun. Ada rasa bangga saat bisa membantu menemukan buku yang dicari oleh pemustaka. Sudah bukan rahasia umum jika kondisi perpustakaan sekolah ibarat mati suri, minim sarana prasarana, koleksinya yang monoton koleksi buku paket. Selama menjadi tenaga pengelola perpustakaan sekolah tdak banyak hambatan , paling banter hanya dipusingkan oleh ulah pemustaka yang bandel kurang disiplin mengembalikan buku tepat waktu meski sudah ada sangsi denda, datang ke perpustakaan hanya untuk numpang ngadem sambil ngemil atau ngumpet kalo ada mata pelajaran yang kurang disukai. Khusus unutk kendala banyaknya pemustaka yang bandel mengembalikan buku, aku koordinasikan dengan wali kelasnya untuk membantu mengingatkan agar segera mengembalikan buku. Cara lainnya menjelang pembagian rapot diwajibkan untuk meminta surat keterangan bebas peminjaman dari petugas perpustakaan.
Kendala lain yang lumrah di alami oleh perpustakaan sekolah adalah sepinya minat pemustaka yang notabene para siswa untuk berkunjung ke perpustakaan. Hal ini bisa di antisipasi dengan trik memberikan reward berupa gratis makan bakso 1 porsi dikantin sekolah. Cara ini lumayan jitu memancing minat pemustaka untuk aktif berkunjung ke perpustakaan. Untuk lebih bikin pemustaka makin betah di perpustakaan, aku koordinasi dengan kepala perpustakaan dan wakasek sarana untuk menambah AC . selain itu selama jam kunjungan di jam istirahat sekolah, selalu diputrakan musik yang sedang nge hits yang disukai anak-anak muda. Sebenarnya minat baca pemustaka di perpustakaan sekolah lumayan bagus jika di imbangi dengan penambahan koleksi buku selain buku-buku paket pelajaran. Hal ini terbukti dengan banyaknya pemustaka yang sekedar membaca atau meminjam buku ensiklopedi bergambar, novel, majalah trubus, majalah hidayah yang ada di perpustakaan sekolah.
Koleksi- koleksi diluar koleksi paket pelajaran yang dimiliki bersumber dari hasil uang denda keterlambatan. Setiap bulannya di belanjakan untuk menambah koleksi seperti majalah, koran dll. Hal ini dengan maksud agar pemustaka tidak merasa bosan dengan pusingnya materi pelajaran, menambah variasi koleksi yang dimliki. tentu tujuan akhirnya diharapkan bisa membuat pemustaka lebih memilih ke perpustakaan untuk membaca buku daripada pergi ke kantin sekolah. Selain menambah variasi koleksi di perpustakaan, cara lain yang bisa dilakukan untuk membuat pemustaka berkunjung ke perpustakaan itu dengan menciptakan interior dekorasi ruangan perpustakaan tidak kaku dan membosankan.
Masih banyak PR yang mesti dibenahi jika ingin perpustakaan sekolah lebih “hidup” dan membuat pemustaka merasa betah di perpustakaan. Hal ini tentu perlu merubah mindset semua stakholder dilingkungan sekolah.khususnya kepala sekolah yang mempunyai visi misi untuk memajukan perpustakaan sekolah, tdak hanya menganggap perpustakaan sekolah ini hanya pelengkap fasilitas sekolah.
*) Penulis adalah Pustakawan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Singkawang
Leave A Comment