An Nurwoni Albasith, pustakawan Bank Indonesia Kalimantan Barat (Kalbar) terpilih sebagai pustakawan terbaik Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPwBI) di seluruh Indonesia.
Penghargaan yang didapatkannya tidak terlepas dari usaha dan kerja keras tim saat menapaki akreditasi perpustakaan yang bersifat khusus.
Wanita mungil yang akrab disapa Oni kesehariannya memiliki pribadi disiplin dalam membentuk karakter perpustakaan yang ada. Baginya, di tengah kondisi yang kian canggih, perpustakaan lah yang mampu menghubungkan antara kemajuan peradaban dengan masyarakat.
Nah, agar tetap relevan dengan masa depan, ia mengimbau perpustakan harus terus bertransformasi.
“Kebutuhan perpustakaan dan juga kita sebagai pustaka dan peran pemustaka (pembaca) harus sinkron. Maka perpustakaan akan membutuhkan sebuah inklusi atau perpustakaan yang peka terhadap masyarakat,” imbuhnya.
Inklusi dalam artiannya adalah memberikan pendekatan persuasif. Inklusi tidak hanya berlaku bagi perpustakan umum tapi juga bisa dipraktikan pada perpustakaan khusus maupun sekolah.
Perjalanannya dalam mengikuti Kompetisi Pustakawan ialah karena adanya memo yang diterima dari BI Pusat. Isinya agar mengirimkan satu pustakawan dan juga melombakan perpustakaan BI di setiap kantor perwakilan daerah termasuk Kalbar.
“Awalnya sempat kaget. Karena kita baru aja akreditasi (perpustakaan). Saat ini perpustakaan BI Kalbar sudah mendapatkan akreditasi A. Saya itu masih kayak excited banget. Karena dapat banyak motivasi yang kuat, karena saya dipercaya sudah ikut berkontribusi di perpus BI Kalbar,” ujarnya.
Dengan begitu, karena dorongan dan dukungan dari lingkungan sekitar, Oni pun langsung penuhi syarat yang diminta di hari terakhir masa pendaftaran. Dengan keyakinan dan semangatnya yang kuat, ia bahkan bertekad untuk memberikan upaya yang terbaik saat persentasi di Jakarta.
“Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan apresiasi kepada setiap perpustakaan dan pustakawan BI di seluruh Indonesia. Kegiatan dilakukan oleh Bank Indonesia Institute. Jadi kegiatan ini dilakukan setiap dua tahun sekali dalam program literasi,” ujarnya.
Sebagai Alumnus Ilmu Perpustakaan di Universitas Tanjungpura, Oni bisa mewujudkan mimpinya untuk menarik para pembaca dengan ruang konsep baca yang lebih milenial.
“Saya tidak sendiri, disini kebetulan ada anak-anak magang. Mereka tidak hanya dari jurusan Perpustakaan. Tapi ada yang dari ekonomi, bahasa. Nah pas di masa akreditasi, merekalah yang banyak membantu saya untuk memilih jenis-jenis buku, mengelola data di komputer bahkan mencari kelengkapan buku yang masih berantakan,” tuturnya.
Bank Indonesia sendiri memiliki perpustakaan yang tidak bersifat umum, namun bersifat khusus. Tetapi tidak menutup bagi siapa saja yang ingin datang dan membaca. Hanya saja, persyaratan yang diberikan adalah buku tidak bisa di bawa pulang, hanya bisa dibaca di tempat.
Bagi Oni, menjadi pustakawan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap perpustakaan. Perpustakaan adalah bentuk penghargaan karya ilmiah orang lain yang berbentuk fisik. Dengan itu, menjadi pustakawan muda baginya tidaklah selalu monoton. Tetapi bagaimana mencintai profesi dengan mengubah image positif dengan menghargai karya orang lain. “Tunjukan kalau kamu itu bisa. Jangan minder dengan keberhasilan orang lain. Tunjukan apapun yang kamu genggam sekarang bisa bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya mengakhiri perjumpaan dengan Tribun Pontianak.
Sumber: https://pontianak.tribunnews.com/2020/02/29/nurwoni-sempat-kaget-bisa-terpilih-jadi-pustakawan-terbaik-se-indonesia
Leave A Comment